1. Andreas Adi Darmawan  ( 25209783 )
2.  Adelia Riana Dewi  ( 25209171 )
3.  Anastasia Monita  ( 23209029 )
4.  Ani Ermawati  ( 20209869 )
5.  Arif Sandi  (24209342 )
6.  Devi Safitri  ( 24209312 )
7.  Taufiq Rachman  ( 20209760 )
8.  Widyastuti Aryani  ( 21209308 )
9.  Yudhistira Nurnugroho  ( 21209801 )
10. Zulfan Efendi  ( 25209763 )
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1B
2 EB 19
Program Sarjana Akuntansi
UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun 2010 
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah – Nya, . Shalawat  dan salam semoga selalu tercurah dalam junjungan Nabi Muhammad SAW.  Sehingga kami segenap tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini  dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun yang berarti. Dalam  pembahasan makalah kali ini penyusun mencoba membahas BAB 1 mengenai   Konsep Dasar Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Keuangan. Pada  mata kuliah Akuntansi Menengah 1B di mana dalam makalah ini , pembaca  akan mengetahui berbagai hal mengenai
1.      Tujuan laporan keuangan
2.      Pelaporan keuangan dan laporan keuangan
3.      Kualitas informasi
4.      Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut IAI
5.      Asumsi dan konsep dasar
6.      Keterbatasan laporan keuangan
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan dapat mengenal  lebih dalam berbagai hal tentang Konsep Dasar Akuntansi Keuangan dan  Standar Akuntansi Keuangan. Pembaca juga dapat mengambil manfaat berupa  penambahan wawasan dan dapat mengembangkan ke dalam diskusi.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Istilah dan Prinsip Akuntansi
BAB 2 KONSEP DASAR
2.1 Tujuan Laporan Keuangan
2.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan
2.3 Kualitas Informasi
2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut IAI
2.5 Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi
2.6 Keterbatasan Laporan Keuangan
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
 1.1 Istilah Prinsip Akuntansi
P&L lebih menyarankan penggunaan istilah “standards” (standar  atau norma) daripada “principles” (prinsip) oleh karena istilah prinsip  mengandung arti berlaku universal dan bersifat permanen yang sebenarnya  tidak mungkin diterapkan dalam bidang praktik yang tergantung kondisi  yang teIjadi pada saat tertentu dan bersifat dinamik. Sebenarnya prinsip  akuntansi yang dibahas oleh P&L dalam buku ini menunjuk kepada  seperangkat ketentuan – ketentuan atau pedoman-pedoman yang sengaja  disusun oleh badan yang berwenang untuk memenuhi tujuan pelaporan  keuangan. Badan yang berwenang yang dimaksud di sini adalah misalnya  Accounting Principles Boards (APB) atau penggantinya yaitu Financial  Account-ing Standards Board (FASB). APB adalah suatu Komite yang  dibentuk oleh American Institute of Certified Public Accountans (AICPA)  untuk mengkodifikasi praktik dan menyusun pedoman-pedoman penyusunan  laporan keuangan. FSAB adalah badan penyusun standar yang berada diluar  AICPA yang bertugas untuk memperbaiki standar akuntasi dan pelaporan  keuangan dan mengeluarkan pengumuman resmi untuk pihak yang  berkepentingan dengan informasi keuangan. Produk badan-badan otoriatif  ini adalah :
- Produk FASB:
Pemyataan Standar (Statements of Financial Accounting Standards)
Konsep-konsep dalam bentuk Kerangka Acuan Konseptual (Statements of Financial
Accounting Concepts)
Interpretasi atau Penjelasan (Interpretations)
Buletin Teknis (Technical Bulletin)
- Produk APB/AICPA:
Pendapat (Accounting Principles Board Opinons/APBO)
Buletin HasH Riset (Accounting Research Bulletin/ARB)
Interpretasi (Accounting Interpretation)
Ada juga penerbitan oleh AICPA yang mungkin tidak seotoritatif produk  diatas yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh panitia atau individu  yang dikomisi oleh AICPA yang berbentuk Accounting Research Study  (ARS). Produk-produk atau penerbitan resmi di atas secara keseluruhna  disebut dengan pengumuman resmi (Pronouncements). Sebagai pedoman, tentu  saja pengumuman resmi yang dapat dianggap sebagai standar paling  otoritatif adalah yang berupa pemyataan tentang standar akuntansi  tertentu. Pengumuman resmi tersebut secara umum disebut oleh FASB  sebagai standar akuntansi keuangan (financial accounting standards)  bukannya prinsip akuntansi (accounting principles). Hal ini memang  dikehendaki oleh FASB untuk menghindari penyalahartian (misconception)  istilah prinsip yang mempunyai pengertian yang lebih luas dan umum yaitu  mencakup ketentuan-ketentuan tidak tertulis atau kebiasaan-kebiasaan  yang sudah berjalan dengan praktik secara luas. Dasar pikiran ini  sejalan dengan gagasan yang dikemukakan P&L di atas. Jadi, lebih  tepatlah menggunakan istilah standar akuntansi untuk menunjuk pedoman  yang berasal dari pengumuman resmi oleh badan yang berwenang.
Standar akuntansi merupakan bagian atau unsur yang membentuk  pengertian prinsip akuntansi yang berlaku dalam lingkungan dan waktu  tertentu. Gagasan-gagasan P&L adalah ditujukan untuk menjadi  landasan penalaran dan konseptual dalam menyusun standar akuntansi yang  berupa ketentuan resmi tersebut.
 BAB 2
KONSEP DASAR
 Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan data  kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha  ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yag  sesuai dengan prnsio akuntansi dalam memilih alternatif dari suatu  keadaan.
* Hubungan Antara Tujuan Laporan Keuangan,Asumsi dan Konsep Dasar.Standar Akuntansi,Metode dan Prosedur dan Laporan Keuangan.
2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no. 1  menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus memiliki syarat sebagai  berikut.
a.       Menyajikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur  untuk membuat keputusan berinvestasi, pemberian kredit dan  keputusan  lainnya. Informasi yang dihasilkan harus berguna bagi mereka yang  membutuhkan informasi tersebut.
b.      Membantu investor dan kreditur untuk menaksi waktu dan  ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan datang untuk  mendapatkan deviden atau bunga dari
c.       penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan atau  jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Rencana penerimaan dan  pengeluaran uang (cash flow) seorang kreditur atau investor itu  berkaitan denan cash flow dari perusahaan, kreditur dan pihak lain untuk  memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari aliran kas masuk  (sesudah dikurangi kas keluar) dimasa yang akan datang untuk perusahaan  tersebut.
d.      Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan,  klaim atas sumber-sumber tersebut(kewajiban perusahaan untuk mentransfer  sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan) dan  pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadin-kejadian dan keadaan-keadaan  yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut.
2.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan  
Dalam konsep statement no 1, FASB menggunakan istilah pelaporan  keuangan. Dalam kerangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan IAI  dipakai istilah laporan keuangan, pelaporan keuangan meliputi laporan  keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan informasi, laporan keuangan  terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal an  laporan arus kas, maka dalam laporan keuangan termasuk juga prospectus,  peramalan oleh manajemen dan berbagai pengungkapan informasi lainnya
2.3 Kualitas informasi
IAI (2002) menunjukan kualitas ini dalam karakterisitk kualitatif  laporan keuangan, seperti halnya FSB dalam tahun 1980 menerbitkan SFAC  no 2 yang menunjukkan urutan (hirarki) kualitas informasi akuntansi.  Menurut FASB, kriteria utama informasi akuntansi adalah harus berguna  untuk pengambilan keputusan agar dapat berguna, informasi mempunyai 2  sifat utama yaitu relevan dan dapt di percaya. Agar informasi itu  relevan ad 3 sifat yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai umpan  balik (feedback value) dan tepat waktu, sedangkan informasi dapat di  percaya mempunyai 3 sifat yaitu dapat di periksa, netral dan menyajikan  yang seharusnya.
Hirarki sifat informasi ini di ukur dalam 2 batasan, yang pertama  adalah manfaatnya harus lebih besar dari dari biaya, sedangkan kedua  adalah bahwa sifat-sifat di atas hanya diperlakukan pada informasi yang  jumlahnya cukup berarti (material).
2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut IAI 
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KUALITATIF 
Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan dapat dipisahkan  menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan kualitatif. Penjelasan dalm  prinsip akuntansi Indonesia (PAI) 1984 mengenai tujuan-tujuan tersebut  adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum
Tujuan umum laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.      Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya  mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu  perusahaan.
2.      Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai  perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban)  suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka  memperoleh laba.
3.      Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para  pemakai laporan dalam mengestimasi potensi perusahan dalam menghasilkan  laba.
4.      Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan  dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai  aktivitas pembelajaran dan penanaman.
5.      Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang  berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai  laporan, seprti informasi mengenai kebijaksanaan akuntnsi yang dianut  perusahan.
Tujuan Kualitatif
Informasi keuangan akan bermanfat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan 
Relevansi suatu informasi harus dihubungan dengan maksud  penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para  pengambil keputusan, informasi demikian tidak aka nada gunanya, betapa  pun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi.
Dalam mempertimbangkan relevansi dari pada informasi yang bertujuan  umum (general purpose information), perhatian difokuskan pada kebutuhan  umum pemakai, dan bukan pada kebutuhan khusus pihak-pihak tertentu.  Dengan demikian. Suatu informasi mungkin mempunyai tingkat relevansi  yang tinggi bagi kegunaan yang lain.
2. Dapat dimengerti 
Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam  bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para  pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga diharapkan adanya  pengertian/pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan,  proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan  dalam laporan keuangan.
3.  Daya Uji 
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari  pertimbangan-pertimbangan dan pendapatan yang subyektif. Hal ini  berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan  penyajian informasi, sehingga informasi tersebut tidak lagi berlandaskan  pada realita obyektif semata. Dengan demikian untuk meningkatkan  manfaatnya,informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur  yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4. Netral 
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak  bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. Tidak  boleh ada uasaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa  pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak-pihak lain yang  mempunyai kepentingan yabng berlawanan.
5. Tepat waktu 
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan  sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan  ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan  tersebut.
6. Daya Banding 
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat  dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan  yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya  pada periode yang sama. Adanya berbagai alternative praktek akuntansi  dewasa ini menyulitkan tercapainya daya banding antar perusahaan, dalam  pada itu penekanan harus dilakukan pada tercapainya daya banding antar  periode dalam satu perusahaan, yaitu dengan menerapkan metode akuntnsi  yang sama dari tahun ketahun, atau yang lebih dikenal dengan prinsip  konsistensi. Perusahaan tetap diperkenankan melakukan atas perubahan  atas metode/prinsip yang dianut, bila prinsip  yang baru tersebut  dianggap lebih baik. Selanjutnya, sifat dan pengaruh serta alasan  dilkukannya perubahan haru diungkapkan dalam lapoaran keungan periode  terjadinya perubahan.
7. Lengkap 
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi  keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas,  dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai  dalam pelaporan keuangan. Standar ini tidak hanya pengungkapan seluruh  fakta keuangan yng penting, melainkan juga penyajian fakta-fakta  tersebut sedemikian rupa sehingga akan menyesatkan pembacanya. Untuk  itu, maka hrus terdapat klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak  dalam laporan keuangan. Demikian pula semua fakta atau informasi  tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan  harus diungkapkan dengan jelas.
2.5 Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi 
Di dalam menyusun prinsip akuntansi, digunakan asumsi-asumsi dan  konsep-konsep dasar tertentu. Asumsi dasar ini merupakan aspek dari  lingkungan di mana akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkan konsep-konsep  dasar merupakan pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi.
Asumsi Dasar
Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Kesatuan Usaha Khusus (Separate Entity/Economic Entity)
Konsep ini menganggap bahwa Perusahaan dipandang sebagai suatu unit  usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya atau dengan kata  lain dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya  atau dari kesatuan usaha yang lain. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan  dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Maka transaksi-transaksi  perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh  karenanya maka semua pencataan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
 Kontinuitas Usaha (Going Concern/Continuity)
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus  atau diharapkan tidak akan terjadi likuiditas di masa yang akan datang.  Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia  cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha,  kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian. Oleh karena itu dibuat  berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang  didasarkan pada konsep ini. Sebagai contoh adalah prosedur amortasisasi  dan depresiasi. Jadi bila tidak terdapat bukti yang cukup jelas bahwa  suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan usaha itu  harus dipandang akan hidup terus. Tetapi apabila terdapat bukti yang  jelas bahwa suatu perusahaan itu umurnya terbatas, misalnya dalam hal   joint ventures, maka anggapan kontinuitas usaha ini tidak lagi  digunakan.
Penggunaan Unit Moneter Dalam Pencatatan
Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat  dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak  semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama,  sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan didalam pencatatan dan  penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka semua  transaksi-transaksi yang terjadi akan dinyatakan didalam  catatan dalam  bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter  yang dipergunakan adalah mata uang dari Negara dimana perusahaan itu  berdiri.
Pencatatan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada saat  terjdinya suatu transaksi disebut pecatatan yang didasarkan pada biaya  historis. Dasar ini digunakan dengan suatu anggapan bahwa daya beli unit  moneter yang dipakai adalah stabil dan perubahan-perubahan daya beli  yang terjadi tidak akan mengakibatkan penyesuaian-penyesuaian. Tetapi  jika terjadi perubahan daya beli yang mencolok (terutama dalam keadaan  inflasi) maka laporan-laporan keuangan yang disusun dengan dasar biaya  historis akan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan, dan  dengan demikian kegunaannya akan berkurang.
Periode Waktu (Time period/Periodicity)
Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode  yang lain dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul  adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di  mana dibuat laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan keuangan ini harus  dibuat tepat pada waktunya agar berguna bagi manajemen dan kreditur.  Oleh karena itu periode dilakukan alokasi periode-periode untuk  transaksi-transaksi yang memengaruhi beberapa periode. Alokasi ini  dilakukan dengan taksiran-taksiran.
Selisih antara jumlah-jumlah yang ditaksir dengan yang sesungguhnya  terjadi jika tidak cukup berarti, akan diserap oleh periode berikutnya.  Tetapi jika selisih itu jumlahnya tidak cukup berarti sehingga akan  menyesatkan laporan keuangan periode berikutnya maka akan dilakukan  penyesuaian terhadap laporan-laporan keuangan periode itu.
IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian tujuan  laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Dasar  akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan dilaporkan  dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, bukan pada saat  kas diterima atau dikeluarkan. Penjelasan tentang kelangsungan usaha  dapat dilihat pada penjelasan dari kontinuitas usaha.
Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
 Prinsip ini menghedaki digunakannya harga perolehan  dalka mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Yang dimaksud dengan  harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah  pihak yang tersangkut dalam transaksi. Wlaupun tedapat kesulitan sampai  saat ini prinsip biaya historis masih tetap berlaku karena data biaya  historis ini dianggap paling objektif.
Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle) 
 Istilah pendapatan dalam prinsip ini merupakan  istilah yang luas, dimana di dalam pendapatan termasuk juga pendapatan  bunga, sewa, laba, penjualan aktiva dal lain-lain. Biasanya pendapatan  diakui pada saat terjadinya penjualan barang dan jasa.
Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang dimaksud dengan prinip mempertemikan adalah mempertemukan biaya  dengan pendapatan yang timbul karena  biaya tersebut. Ini berguan untuk  menentukan besar penghasilan bersih setia periode. Kesulitan prinsip  ini, contoh : biaya administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan  pendapatan perusahaan. Salah satu akibat dari prinsip ini adalah  digunakannya dasar waktu dalam pembebanan biaya
Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun  sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam  proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun,  sehingga bila terdapat peebedaan antara sutau pos dalam dua periode,  dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat  penggunaan metode yang berbeda.
Prinsip Pengumgkapan Lengkap (Full Disclousure Principle)
Yang dimaksud dengan prinssip pengungkapan lengkap adalah menyajikan  informasi yang lengkap dalam lapoan keuangan. Karena informasi yang  disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi dalam suatu  periode dan juga saldo-saldo dari rekening tertentu.
Biasanya keterangan tambahan atas informasi dalam laporan keuangan dibuat dalam bentuk :
a.       Catatan kaki
b.      Laporan keuangan
c.       Lampiran-lampiran
Catatan kaki digunakan untuk menunjukan hal-hal sebagai berikut :
- Standar akuntansi yang digunakan
- Perubahan-perubahan
- Adanya kemungkinan timbulnya rugi laba bersyarat
- Informasi modal perusahaan
- Kontrak-kontrak pembelian
Keterangan dalam laporan keuangan dengan cara catatan dalam kurung  biasanya dibuat bila keterangan tersebut tidak terlalu panjang.
Laporan keuangan biasanya digunakan untuk menunjukan perhitungan-perhitungan detail yang mendukung suatu jumlah tertentu
2.6 KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai beberapa keterbatasan  seperti cukup berarti ( Materiality ), Konservatif, dan Sifat dari  Khusus Suatu Industri. Berikut ini diuraikan setiap batasan tersebut.
Cukup Berarti ( Materiality )
Pada dasarnya akuntansi disusun di atas landasan dasar teori yang  akan diterapkan untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi dalam  suatu cara tertentu. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak semua  transaksi diperlakukan sesuai dengan teori. Baiasanya  transaksi-transaksi yang jumlahnya cukup besar diperlakukan sesuai  dengan teori, tetapi untuk transaksi-transaksi yang jumlahnya kecil dan  tidak akan mempengaruhi pos-pos lain bisa diperlakukan menyimpang. Yang  menjadi masalah adalah, berapakah jumlah yang dianggap cukup besar  sehingga perlu dipertimbangkan?
Untuk membuat batasan terhadap istilah yang cukup berarti, suatu  laporan, fakta, atau elemen dianggap cukup berarti jika karena adanya  dan sifatnya akan mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbedaan  dalam pengambilan suatu keputusan, dengan mempertimbangkan  keadaan-keadaan lain yang ada. Jadi apabila laporan, fakta atau elemen  itu tidak mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbadaan dalam bidang  pengambilan keputusan, maka jumlahnya tidak cukup berarti.
Beberapa pedoman umum yang dapat digunakan untuk menentukan pakah cukup berarti atau tidak, adalah sebagai berikut :
1.      Aspek kuantitatif. Berdasarkan pada jumlah absolut,  misalnya jumlah rupiah, atau berdasarkan nilai relative, misalnya  sebagai sesuatu persentase dari pendapatan bersih, dari modal dan lain  sebagainnya.
2.      Aspek kualitatif. Mempertimbangkan karakteristik  dari lingkungan, karakteristik dari perusahaan seperti besar kecilnya  perusahaan, struktur modal, karakteristik dari elemen itu sendiri  seperti siftnya, waktunya, hubungannya dengan pendapat dan karakteristik  dari kebijaksanaan-kebijaksanaan akuntansi yang digunakan.
Konservatif
Konservatif ini merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam  menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan keuangan. Apabila  lebih dari satu alternatif tersedia maka setiap konservatif ini  cenderung memilih alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan  pendapatan terlalu besar. Masalahnya ini timbul jika ada lebih dari satu  alternatif atau bisa juga timbul dalam hal suatu jumlah itu belum dapat  dipastikan.
Sikap konservatif  ini berasal dari sejarah perkembangan akuntansi di  masa lau. Pada saat itu, yang penting adalah neraca dan penyusutannya  ditujukan pada para kreditur. Untuk menjaga keamanan pinjaman dari  kreditur, penekanan ada penyusunan laporan keuangan adalah pada  jumlah-jumlah aktiva. Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kacil  dibandingkan dengan menyatakannya dengan jumlah yang terlalu besar.
Di samping memilih jumlah yang rendah jika ada alternative, sikap  konservatif ini juga mengatur bahwa kenaikan nilai aktiva dan laba yang  diharapkan, tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan, dalam arti  dijual, dan penurunan nilai aktiva dan rugi yang diperkitakan akan  timbul harus dicatat walaupun jumlahnya belum dapat ditentukan. Beberapa  contoh metode-metode yang didasarkan pada sikap konservatif adalah  pengguananaan harga pokok atau hatga pasar yang lebih rendah ( lower of cost or market )  dan pengakuan rugi dalam kontrak pembelian. Cara lain mengakibatkan  penyajian informasi yang bias, yaitu cenderung ke satu arah, lebih besar  atau lebih kecil.
Sifat Khusus Suatu Industri
Industri-industri yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti Bank,  Asuransi dan lain-lain sering kali memerlukan prinsip akuntansi yang  berbada dengan industri-industri lainnya. Juga karena adanya  peraturan-peraturan dari pemerintah terhadap industri-industri khusus  ini akan mengakibatkan adanya prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang  berbeda dengan yang umumnya digunakan
BAB 3
PENUTUP
 5.4 Kesimpulan
Prinsip Akuntansi sebagai Pedoman Peringkasan dan Pengungkapan Informasi Keuagan
Keterpisahaan pihak investor dari manajemen menjadikan pihak investor  merupakan pihak luar perusahaan yang hanya menerima laporan akhir.  Pihak investor tidak laporan keuangan tidak mungkin akan menyajikan  semua informasi sampai terinci. Ini berarti bahwa dalam menyusun laporan  keuangan akan terlibat proses peringkasan informasi. Proses peringkasan  ini akan banyak menyangkut teknis yang dapat menimbulkan penyimpangan  dan kesalahan karena berbagai informasi akan menjadi tidak nampak,  dihilangkan atau menjadi tidak lengkap. Dengan demikian pihak luar  kemungkinan tidak akan memperoleh informasi yang cukup yang selalu  mereka peroleh sehingga kepentingan mereka dirugikan. Oleh karena  itu,diperlukanlah prinsip – prinsip akuntansi untuk menjadi pedoman  dalam meringakas dan mengungkapkan (to disclose) informasi keuangan yang  memenuhi kebutuhan investor pihak luar. Jadi funsi akuntansi tidak  semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pemilik sekaligus merangkap menjadi  pengelola yang mempunyai pengetahuan langsung tentang bagaimana data  keuangan perusahaannya diolah. Prinsip akuntansi memberikan pedoman-  pedoman tertentu tentang bagaimana data keuangan agar dicapai suatu  kesamaan pengertian dan arti baik dari arti sudut pandang penyaji maupun  pembaca laporan keuangan. Walaupun dalam kenyataannya investor tidak  merupakan orang atau pihak yang benar-benar terpisah secara fungsional  maupun fisik, akuntansi keuangan mengangap pihak lain yang  berkepentingan merupakan pihak yang terpisah (pihak luar perusahaan) dan  bahwa laporan keuangan adalah satu-satunya media komunikasi antara  perusahaan dan pihak luar tersebut.
Prinsip Akuntansi Sebagai Pedoman Penyusunan dan Penafsiran laporan Keuangan.
Dari segi akuntansi pemisahaan seperti diatas mempunyai pengarnh  sebagi berikut: investor menanamkan kekayaannya kedalam badan usaha  untuk dikelola oleh manajemen untuk kepentingan investor; manajemen  harns mempertanggungjawabkan pengelolanya kepada investor adalah  kelompok yang benar-benar terpisah dan kemungkinan ada perbedaan  kepentingan,
laporan keuangan yang dihasilkan kemungkinan besar disusun dengan  dasar penilaian dan kepentingan yang berbeda sehingga laporan keuangan  tidak lagi memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi dan alat  pertangugjawaban yang efektif. Dalam keadaan semacam ini persoalannya  adalah bagaimana laporan keuangan sebagainya pertanggungjawaban dan  media komunikasi harus disusun sehingga informasi dan pesan yang  seharusnya disampaikan benar-benar sampai kepada dan diartikan sarna  oleh pihak yang berkepentingan? Disinilah arti penting prinsip akuntansi  untuk dijadikan dasar atau pedoman penentuan perlakuan akunatansi  (basis of judgment) dalam menyusun maupun menginterprestasikan laporan  keuangan.
 DAFTAR PUSTAKA
 - Prof.Dr. Baridwan Zaki , Intermediate Accounting Bab 1 Hal: 1 – 15, Anggota IKAPI BPFE Yogyakarta: 2004
- FASB, Accounting Standard: Current Text (New York: McGraw-Hili Book Company 1987), hal. i-iv.
- Salah satu contoh adalah ARS No. 7 be~udullnventory of Generally Accepted Accounting Principles for
- Business Enterprises oleh Paul Grady (New York; AICPA, 1965).
- Donald E. Kieso and Jerry J. Weygand, Intermediate Accounting (New York; John Wiley &Son, 1986), hal 10.









 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar